Latihan Kombinasi Plyometrics dan Kelincahan
Gambar 2.3. Latihan Plyometrics bentuk Side Hop
(Sumber : www.google.co.id)
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah
mengenai latihan kelincahan yang digabungkan dengan latihan power. Dalam
hal ini penulis akan mencoba untuk meneliti latihan plyometrics bentuk side
hop dikombinasikan dengan latihan kelincahan bentuk zigzag run. Latihan
yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan gerakan side hop
yaitu loncat ke samping sebanyak dua kali kemudian dilanjutkan dengan zigzag
run melewati enam titik (cones).
3 m

4,85 m
Gambar 2.5
Olahraga sudah
menjadi suatu keperluan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Olahraga
juga telah menjadi kebutuhan setiap lapisan masyarakat, baik untuk kesehatan
bagi dirinya sendiri, untuk hiburan, bahkan mempunyai pengaruh terhadap gengsi sebuah Negara. Olahraga pada umumnya
mengandung tiga unsur pokok, yaitu bermain, latihan fisik dan kompetisi. Bagi
sebagian orang awam, olahraga merupakan sebuah kegiatan yang kompetitif yang
menekankan pada sebuah juara yang dicapai oleh atlet elit. Namun, terdapat
suatu hal yang paling utama dari semua asumsi di atas yaitu pembinaan olahraga.
Salah satu permasalahan dalam pembinaan
olahraga khususnya praktik pelatihan fisik adalah penerapan yang masih belum
jelas karakternya dari setiap metode dan bentuk latihan. Keterbatasan
pengetahuan tentang metode dan bentuk latihan
yang dipahami merupakan bagian dari keterbatasan pelatih dalam
menerapkan cara pelatihan.
Apabila
berbicara tentang olahraga prestasi, tentunya akan sangat berhubungan dengan
masalah kondisi fisik. Begitu pula sebaliknya, apabila berbicara tentang
kondisi fisik maka salah satunya akan berhubungan dengan olahraga prestasi. Hal
ini dikarenakan komponen kondisi fisik merupakan salah satu faktor penting dalam
pencapaian prestasi maksimal suatu cabang olahraga. Pelatihan fisik merupakan
suatu hal yang sangat penting keberadaannya ketika pelatihan yang dilakukan
untuk tingkatan elit atlet. Hal ini dikarenakan pelatihan kondisi fisik
merupakan dasar dari semua program latihan sebelum menginjak pada program
selanjutnya.
Mengenai pentingnya latihan kondisi
fisik, Harsono (1988:153) mengatakan: “Tanpa persiapan kondisi fisik yang
seksama dan serious atlet harus dilarang untuk mengikuti suatu pertandingan”. Selanjutnya
Sajoto (1988:57) menjelaskan bahwa: “Kondisi fisik adalah salah satu prasyarat
yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet,
bahkan dapat dikatakan dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga
prestasi”. Program latihan kondisi fisik harus direncanakan dengan baik dan
sistematis agar kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari system tubuh
dapat meningkat, sehingga memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih
baik. Menurut Harsono (1988:153) :
Kalau kondisi
fisik baik maka:
1. Ada
peningkatan dalam kemampuan system sirkulasi dan kerja jantung.
2. Akan
ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain
komponen kondisi fisik.
3. Akan
ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.
4. Akan
ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.
5.
Akan ada respons
yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian
diperlukan.
Setiap pelatihan olahraga tentunya
bertujuan untuk pencapaian maksimal baik prestasi atau sebagainya. Untuk
mendukung tercapai hal tersebut maka perlu dipersiapkan kondisi fisik yang
baik. Dengan dilakukannya pelatihan kondisi fisik, diharapkan kondisi fisik
atlet selalu dalam keadaan prima. Seperti yang dikemukakan oleh Sajoto
(1988:57) bahwa:
Komponen
kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen kesegaran jasmani dan
komponen kesegaran motorik yang harus dimiliki olahragawan prestasi dengan
status setiap komponennya harus berada
dalam keadaan baik atau baik sekali.
Dalam
proses pelatihan kondisi fisik, haruslah direncanakan dengan baik dan
sistematis agar dapat tercapai target prestasi yang diharapkan. Atlet dan
pelatih harus berusaha dengan keras demi tercapainya prestasi maksimal yang
diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan waktu persiapan yang
relatif lama. Persiapan tersebut salah satunya adalah persiapan kondisi fisik.
Atlet harus dilatih kondisi fisiknya sebelum terjun dalam pertandingan yang
sesungguhnya, sehingga atlet tersebut telah siap menghadapi tekanan-tekanan
yang timbul dalam pertandingan baik tekanan fisik maupun tekanan mental.
Harsono (1988:153) menjelaskan:
Jadi,
sebelum diterjunkan ke gelanggang pertandingan, seorang atlet harus sudah berada dalam suatu kondisi fisik dan
tingkatan fitness yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan segala macam
stress yang bakal dihadapinya dalam pertandingan.
Untuk
mencapai perkembangan kemampuan fisik secara menyeluruh, maka diperlukan usaha
yang serius, kesadaran dari semua pihak yang terlibat di dalamnya termasuk
pelatih. Dalam pelatihan fisik diperlukan suatu metode pelatihan yang
benar-benar di program sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dalam
peningkatan kondisi fisik secara sempurna. Hal tersebut merupakan faktor yang
sangat penting dalam peningkatan kondisi fisik atlet demi tercapainya prestasi
yang lebih baik. Kajian ilmu pengetahuan yang berkembang dalam olahraga
prestasi saat ini adalah tentang pelatihan kondisi fisik, yaitu tentang
bagaimana menciptakan dampak yang positif dari pelatihan fisik terhadap
peningkatan prestasi. Dalam pelatihan olahraga prestasi, khususnya dalam
pelatihan kondisi fisik, sangat diperlukan perencanaan program latihan yang
akan dilakukan atlet. Kemampuan fisik dapat ditingkatkan jika penerapan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dilakun secara tepat dan cermat.
Dalam
pelatihan fisik banyak metode dan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan kondisi fisik tergantung pada tujuan latihannya, seperti
untuk meningkatkan fleksibilitas dapat dilakukan dengan menerapkan metode
peregangan baik secara statis, dinamis, ataupun kontraksi relaksasi. Untuk
meningkatkan kemampuan kekuatan dapat dilakukan antara lain dengan metode
latihan beban (weight training) atau latihan tahanan (resistance training)
dengan system set, pyramid, burn out, multiple poundage, sirkuit, dan
yang lainnya. Untuk meningkatkan kemampuan daya tahan dapat dilakukan dengan
penerapan metode repetisi, fartlek, cross country, speed play, interval
training, dan sebagainya. Kemudian untuk meningkatkan kemampuan kecepatan
gerak antara lain dapat dilakukan dengan bentuk speed, agility, dan quickness
dengan penggunaan metode latihan repetisi dan juga termasuk pelatihan
kekuatan-kekuatan dinamis karena latihan-latihan kekuatan pada hakikatnya juga
dapat meningkatkan kemampuan kecepatan gerak. Jika kita berbicara tentang
olahraga yang menuntut atletnya untuk bergerak secara konstan di lapangan, maka
salah satu komponen kondisi fisik yang dibutuhkan adalah kelincahan seperti
dalam cabang olahraga sepak bola.
Dalam cabang
olahraga sepak bola, kelincahan diperlukan dalam berbagai situasi dan kondisi
permainan seperti hendak mengecoh dan menerobos pertahanan lawan, juga untuk
menghindari hadangan lawan. Sajoto (1988:59) menjelaskan bahwa: “Komponen
keseimbangan, koordinasi, dan kelincahahan (agility) adalah komponen fisik yang
lebih banyak mendekati cabang-cabang olahraga yang dilakukannya”. Selanjutnya
Harsono (1988:172) menjelaskan: “Dalam olahraga permainan diperlukan
manuver-manuver yang mengharuskan orang untuk bergerak dengan cepat dan
mengubah arah dengan tangkas”.
Mengenai komponen
kelincahan, Brown et al (2000:80) mengemukakan : “Agility is the
ability to decelerate, accelerate, and change direction quickly while
maintaining good body control without decreasing speed”. Selanjutnya Harsono
(2001:21) menjelaskan bahwa: “Kelincahan adalah kemampuan mengubah arah dan
posisi tubuhnya dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa
kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya”. Sedangkan menurut Sajoto
(1988:59): “Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam
posisi-posisi di arena tertentu”. Dari beberapa pendapat para ahli di atas
dapat kita ketahui bahwa kelincahan merupakan kemampuan seseorang dalam merubah
arah dengan cepat pada saat bergerak tanpa kehilangan keseimbangan. Oleh karena
itu, latihan untuk meningkatkan kelincahan harus gerakan-gerakan yang merubah
arah dengan cepat dan tangkas seperti salah satunya adalah bentuk latihan zigzag-run.
Kelincahan merupakan gabungan dari
beberapa komponen kondisi fisik lainnya. Harsono (1988:175) menjelaskan:
“Agilitas adalah kombinasi dari kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi,
keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi neuromuscular”. Berdasarkan pendapat
di atas kita ketahui bahwa kelincahan merupakan gabungan dari beberapa komponen
kondisi fisik lainnya seperti salah satunya adalah komponen kekuatan. Harsono (1988:177)
menjelaskan bahwa:
Meskipun banyak aktivitas olahraga lebih memerlukan
agilitas, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan sebagainya,
akan tetapi faktor-faktor tersebut tetap harus dikombinasikan dengan faktor
kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Jadi, kekuatan tetap merupakan basis
dari semua komponen kondisi fisik.
Selama ini penulis merasa belum melihat
pelatih yang mencoba untuk memberikan materi latihan kelincahan yang dimodifikasi
dengan bentuk latihan kondisi fisik pendukung lainnya seperti kekuatan. Penulis
merasa komponen kelincahan merupakan salah satu komponen yang penting untuk
diteliti seberapa pengaruhnya jika dalam proses latihannya dimodifikasi. Oleh
sebab itu, penulis beranggapan jika latihan kondisi fisik khususnya kelincahan
dikombinasikan dengan bentuk latihan kondisi fisik yang mendukungnya akan meningkatkan
kelincahan itu sendiri seperti menggunakan bentuk latihan kekuatan yang cepat (power).
Dalam hal ini penulis menawarkan tentang latihan Kombinasi Plyometrics dan Kelincahan. Bentuk
latihan tersebut mengharuskan atlet untuk mengerahkan kekuatan yang eksplosif (plyometrics)
namun dilanjutkan dengan latihan kelincahan (zigzag-run). Dari
latihan tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kelincahan.
1. Hakikat
Latihan dan Metode Latihan
Berkenaan
dengan pembinaan kondisi fisik, maka latihan – latihan yang diberikan harus
dapat meningkatkan kemampuan komponen kondisi fisik tersebut. Menurut Sidik (2010:4)
: “Latihan adalah suatu proses aktivitas tubuh yang dilakukan secara
sistematis, bertahap, terus-menerus, dan beban aktivitasnya meningkat teratur”.
Selanjutnya Harsono (1988:101) menjelaskan: “ Training adalah proses yang
sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang,
dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”. Sedangkan
Giriwijoyo (1992:78) mengemukakan:
Latihan adalah upaya sadar yang dilakukan secara
berkelanjutan dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan fungsional raga yang
sesuai dengan tuntutan penampilan cabang olahraga itu, untuk dapat menampilkan
mutu tinggi cabang olahraga itu pada aspek kemampuan dasar maupun pada aspek
kemampuan keterampilannya.
Berkaitan
dengan hal itu, Ozolin yang dikutip Harsono (1988:110) menjelaskan bahwa:
Agar aktivitas-aktivitas motorik yang khusus
mempunyai pengaruh yang baik terhadap latihan, maka latihan harus didasarkan
pada dua hal, yaitu:
a) Melakukan latihan-latihan yang khas bagi cabang
olahraga spesialis tersebut, misalnya permainan voli melakukan latihan-latihan
yang khas untuk meningkatkan keterampilan bermain voli.
b) Melakukan latihan-latihan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan biomotorik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga tersebut,
misalnya latihan-latihan fisik yang khas untuk cabang olahraga tersebut.
Dari beberapa pernyataan di atas, penulis ketahui
bahwa penggunaan suatu metode latihan harus berkaitan langsung dengan
aspek-aspek latihan yang akan dikembangkan seperti aspek fisik, teknik,
taktik,dan mental. Selain itu, latihan yang dilakukan harus
berulang-ulang, terus-menerus dengan beban yang makin lama makin ditingkatkan
agar terjadi peningkatan yang ditimbulkan dari proses latihan tersebut. Mengenai latihan kecepatan (Speed,Agility,dan Quickness), dapat dilakukan dengan berbagai metode dan
bentuk yang bervariasi sesuai dengan program dan kebutuhan latihan. Metode yang
dapat dilakukan untuk melatih kelincahan antara lain metode interval dan metode
repetisi. Sedangkan bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan itu diantaranya
adalah Shuttle run, Obstacle run, Zigzag run, Boomerang run.
2. Hakekat Kondisi Fisik
Kondisi fisik merupakan kemampuan fungsional
kerja dari sistem tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan atau beban kerja. Menurut
Sajoto (1988:57): “Komponen kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen kesegaran jasmani dan
komponen kesegaran motorik”. Kemampuan fisik merupakan salah satu faktor yang
sangat penting apabila ingin mendapatkan prestasi yang maksimal dalam setiap
cabang olahraga, terlebih lagi jika atlet yang ditangani adalah atlet yang termasuk
atlet kelas elite. Kita mengetahui bahwa kunci keberhasilan prestasi adalah
karena adanya faktor-faktor penentu prestasi, baik secara internal maupun
eksternal. Salah satu faktor internal adalah faktor kemampuan fisik. Pada
dasarnya, secara fisiologis kemampuan fisik merupakan kemampuan dinamis aerobik
dan anaerobik. Aspek kondisi fisik merupakan aspek terpenting dalam semua
cabang olahraga, terutama dalam mendukung terhadap aspek teknik, taktik, dan
mental. Kondisi fisik memberikan peranan yang sangat penting dalam mendukung
performa atlet pada setiap pertandingan sehingga prestasi atlet dapat
meningkat. Harsono (1988: 153 ) menjelaskan bahwa:
Kondisi
fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya.
Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis
dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional
dari system tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai
prestasi yang lebih baik.
Latihan
kondisi fisik harus dilakukan dengan sistematis dan sesuai dengan
prinsip-prinsip latihan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesegaran
jasmani dan kemampuan sistem kerja tubuh. Proses latihan kondisi fisik yang
dilakukan secara cermat, berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah beban
latihannya memungkinkan kesegaran jasmani seseorang semakin meningkat. Sehingga
kualitas gerak seseorang akan lebih terampil, kuat, dan efisien. Program
latihan kondisi fisik yang dilakukan secara sistematis akan meningkatkan kondisi fisik satu tingkat dari
semula. Proses latihan akan bermakna
jika latihan yang dilakukan berkualitas, dengan begitu tujuan tercapainya kondisi
fisik yang primapun bisa diperoleh oleh atlet. Mengenai kualitas latihan,
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Harsono (1988: 119 ) menjelaskan
bahwa:
Kecuali faktor pelatih, ada faktor-faktor lain yang
mendukung dan ikut menentukan kualitas latihan, yaitu hasil-hasil penemuan
penelitian, fasilitas dan peralatan latihan, hasil-hasil evaluasi dari
pertandingan-pertandingan, kemampuan atlet, dan sebagainya.
Dengan demikian, latihan yang berkualitas dapat
dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor di atas agar tujuan latihan yang
ditetapkan dapat tercapai maksimal. Peningkatan kondisi fisik yang baik
tentunya akan membantu seorang atlet untuk dapat mengikuti program-program
latihan selanjutnya dan mempunyai banyak manfaat. Mengenai manfaat kondisi
fisik, Harsono (1988: 153) menjelaskan bahwa:
Kalau kondisi fisik baik maka :
1.
Akan ada peningkatan dalam kemampuan system sirkulasi dan kerja
jantung.
2.
Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan,
dan lain-lain komponen kondisi fisik.
3.
Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.
4.
Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah
latihan.
5. Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh
kita apabila sewaktu-waktu demikian diperlukan.
Dari pernyataan di atas, kita perlu mengenal
berbagai komponen-komponen kondisi fisik
yang meliputi kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, kelincahan,dan
power. Komponen-komponen
kondisi fisik merupakan komponen yang sangat penting dan juga salah satu
penentu untuk mencapai suatu prestasi olahraga, disamping faktor teknik, faktor
taktik dan faktor mental. Kondisi fisik akan berpengaruh pada mental seorang
atlet, dan apabila mental seorang atlet telah kuat maka kesiapan bertanding
akan tercipta sehingga kepercayaan dirinya akan meningkat, sehingga pada
akhirnya akan membantu atlet untuk menampilkan performa maksimal ketika
bertanding di dalam lapangan.
3.
Hakekat Kelincahan (Agility)
Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk merubah arah tertentu
secepat-cepatnya tanpa kehilangan
keseimbangan. Kelincahan merupakan gabungan dari kecepatan, kelenturan,
kekuatan dan koordinasi neuromuscular. Sajoto (1988:55) menjelaskan: “Kelincahan adalah
kemampuan merubah arah dengan cepat dan tepat, selagi tubuh bergerak dari suatu
tempat ke tempat lain”. Selanjutnya Harsono (2001:21) mengatakan: “ Kelincahan
adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat
pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan
posisi tubuhnya”. Sementara itu menurut Pearson (2007) : “Agility is the ability
to change direction without losing balance, strength, speed or body control”. Komponen kelincahan sangat diperlukan dalam cabang
olahraga permainan khususnya yang menuntut atlet untuk senantiasa bergerak
dengan cepat dan dinamis demi tercapainya target dan tujuan dari pertandingan
yang dilakukan.
Latihan
untuk meningkatkan kelicahan haruslah suatu bentuk latihan yang menuntut
pelakunya bergerak dengan cepat dan mampu mengubah arah tanpa kehilangan
keseimbangan. Seperti yang dijelaskan Harsono (1988:172) : “Bentuk-bentuk
latihan untuk mengembangkan agilitas tentunya adalah bentuk-bentuk latihan yang
mengharuskan orang untuk bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan
tangkas”. Adapun bentuk-bentuk
latihan untuk meningkatkan kelincahan menurut Harsono (2001:22) diantaranya
adalah “lari bolak-balik (Shuttle run), lari belak-belok (Zigzag
run), lari Boomerang run, envelop, halang rintang, heksagon,
dan banyak lagi”.
Dalam
penelitian yang dilakukan oleh penulis, bentuk latihan kelincahan yang
digunakan adalah zigzag run. Adapun bentuk latihan zigzag run yang
digunakan adalah sebagai berikut:
![]() |
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Bentuk
latihan kelincahan (zigzag-run)
(Sumber : www.google.com)
Mengenai
metode latihan kecepatan (Speed,Agility,dan Quickness), Sidik (2010:22) menjelaskan: “Metode latihan
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan kecepatan gerak yang secara Eksklusif
hanya 10% adalah dengan Metode Repetisi (Repetition Method)”. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kelincahan adalah usia, fleksibilitas, jenis kelamin, berat badan dan tipe tubuh.
Berkenaan dengan latihan komponen kondisi fisik untuk meningkatkan kelincahan,
diperlukan kualitas gerak yang baik. Oleh karena itu, dalam melatih kelincahan
diperlukan pula melatih: Luas ruang gerak persendian, kekuatan otot, koordinasi
dan keseimbangan. Mengenai hal tersebut, Harsono (1988:175) menjelaskan bahwa: ”Agilitas
adalah kombinasi dari kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi, keseimbangan,
fleksibilitas, dan koordinasi neuromuscular”.
Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli di atas, maka demikian, penulis menyimpulkan bahwa
kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk bergerak merubah arah dan posisi
tubuhnya dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan. Namun untuk meningkatkan kelincahan perlu
dilatihkan pula komponen kondisi fisik pendukung lainnya yang mendukung
kelincahan. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis akan meneliti tentang
latihan kelincahan yang dikombinasikan dengan latihan power (plyometrics).
4.
Hakekat Kekuatan (Strength)
Kekuatan (Strength) menurut Harsono
(2001:24) adalah: “kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu
tahanan”. Selanjutnya menurut Sajoto (1988:58) : “ Kekuatan atau Strength
adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet
pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja
tertentu”. Sedangkan Giriwijoyo (2007:173) menjelaskan: “Kekuatan adalah
kemampuan otot untuk mengembangkan ketegangan yang maximal tanpa memperhatikan
faktor waktu”. Dari beberapa pernyataan para ahli di atas, sudah jelaslah bahwa
kekuatan adalah kemampuan mengerahkan tenaga terhadap tahanan.
Kekuatan dibagi dalam beberapa macam yaitu kekuatan
maksimal, kekuatan yang cepat (power), dan daya tahan kekuatan (strength
endurance). Kekuatan maksimal adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
tegangan otot dengan maksimal. Untuk meningkatkan kekuatan maksimal dapat
dilakukan dengan menambah diameter otot melalui metode latihan hypertropie dan
dengan memperbaiki kerjasama antar kelompok otot melalui latihan neural
activation. Jenis kekuatan selanjutnya adalah kekuatan yang cepat (power).
Menurut Harsono (2001:24): “Power adalah produk dari kekuatan dan
kecepatan. Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan
maksimal dalam waktu yang amat singkat”.
Untuk meningkatkan power salah satunya dapat dilakukan dengan
latihan plyometrics. Selain kedua jenis kekuatan di atas, jenis kekuatan
lainnya adalah daya tahan kekuatan (strength endurance). Strength
endurance adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tegangan secara
berturut-turut dalam waktu yang lama. Untuk meningkatkan daya tahan
kekuatan dapat dilakukan latihan-latihan
kekuatan seperti push up, sit up, back up, dan lain-lain dengan volume
yang banyak namun intensitas dalam melakukan gerakannya rendah dan istirahat
antar set nya sedikit.
Mengenai pentingnya kekuatan, Harsono (1988:177) mengatakan
bahwa: “Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting (kalau bukan yang
paling penting) guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan”. Lebih jauh
Harsono (1988:177) menjelaskan bahwa:
Meskipun banyak aktivitas
olahraga lebih memerlukan agilitas, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan,
koordinasi, dan sebagainya, akan tetapi faktor-faktor tersebut tetap harus
dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Jadi,
kekuatan tetap merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik.
Setelah kekuatan
maksimal dimiliki oleh seorang atlet, maka barulah latihan kekuatan yang cepat
(power) dapat diberikan. Latihan kekuatan yang cepat (power)
tidak dapat diberikan apabila seorang atlet belum memiliki kekuatan yang
maksimal. Hal tersebut karena dalam latihan power dituntut untuk melakukan
gerakan dengan sangat kuat dan sangat cepat. Menurut Harsono (2001:24) : “Power
adalah produk dari kekuatan dan kecepatan”. Lebih jauh Harsono (2001:24)
menjelaskan: “Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan
maksimal dalam waktu yang sangat singkat”.
Dengan
demikian latihan yang dilakukan untuk meningkatkan power haruslah
latihan yang mengerahkan kekuatan maksimal dengan gerakan yang cepat untuk
menghasilkan gerakan-gerakan yang eksflosif. Adapun untuk meningkatkan power
salah satunya adalah dengan menggunakan metode plyometrics.
5.
Plyometrics
Metode latihan plyometrics adalah metode latihan yang bertujuan untuk mengerahkan
kekuatan maksimal dengan gerakan cepat untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang
eksflosif. Radcliffe dan Farentinos (1999:1) mengatakan: “Plyometrics is a method
of developing explosive power”. Dalam pelaksanaan latihannya atlet dituntut untuk mengerahkan
kekuatan dan kecepatan secara maksimal dalam waktu yang sangat singkat. Radcliffe
dan Farentinos yang dikutip Lubis menyatakan bahwa ‘latihan plyometrics adalah suatu latihan yang memiliki ciri khusus,
yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan
dinamik atau regangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat’. Selanjutnya Chu
yang dikutip Lubis mengatakan bahwa ‘latihan plyometrics adalah latihan yang memungkinkan otot untuk
mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin’. Adapun
pemberian beban dalam latihan plyometrics
dapat dilihat
seperti pada gambar di bawah ini:

Simple Volume
Increase
(Complexity
Level) Moderate Volume Decrease
Complex
Low Medium High Shock
Intensity
Gambar 2.2
Norma pemberian beban latihan Plyometrics
Sumber: Radcliffe (1999:32)
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa plyometrics
adalah metode
latihan untuk meningkatkan daya ledak otot atau suatu latihan yang memungkinkan
otot-otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat singkat.
Tujuan dari latihan plyometrics tentu saja untuk membantu atlet dalam membentuk
dan meningkatkan power yang sangat menunjang dalam spesifikasi cabang
olahraga yang ditekuni oleh atlet tersebut. Mengenai pentingnya melatih power, Harsono ( 1988:200) mengatakan:
Power terutama penting untuk cabang-cabang olahraga
dimana atlet harus mengerahkan tenaga yang eksflosif seperti nomor-nomor lempar
dalam atletik dan melempar bola softball. Juga dalam cabang-cabang olahraga
yang mengharuskan atlet untuk menolak dengan kaki, seperti nomor-nomor yang ada
unsur akselerasi (percepatan) seperti balap lari, balap sepeda, mendayung,
renang, dan sebagainya.
Konsep
latihan plyometrics
menggunakan
regangan awal pada otot secara cepat sebelum kontraksi eksentrik pada otot yang
sama. Menurut pendapat Radcliffe dan Farentinos dalam Lubis mengemukakan
bahwa”…tiga kelompok latihan plyometrics
yaitu: 1)
latihan untuk anggota gerakan bawah (pinggul dan tungkai), 2) latihan untuk
batang tubuh, 3) latihan untuk anggota
gerak atas”.
Istilah dalam latihan plyometrics ada
berbagai macam dan bervariasi, tetapi ada dua faktor yang terpenting yaitu: 1)
bersambung elastisitas komponen otot, dimana termasuk diantara tendon dan
karakteristik jembatan silang pada actin dan myosin yang menutupi serabut otot;
2) sensor dalam otot spindle (prioceptors) dalam peranannya saat sebelum
terjadi regangan otot dan masukan sensory dihubungkan ke peregangan otot cepat
untuk bergerak yaitu disebut stretch reflex.
Elastisitas otot adalah salah satu faktor penting dalam pengertian
bagaimana siklus peregangan pendek dapat lebih menghasilkan daya ledak dari
sebuah konsentrik sederhana kontraksi otot. Stretch reflex adalah
mekanisme dari integral ke siklus peregangan pendek. Intensitas latihan metode plyometrics
adalah pengontrolan dari tipe latihan yang ditampilkan, gerak plyometricsnya
mulai dari jarak yang sederhana ke gerakan yang kompleks dan tekanan lebih
tinggi.
Selain itu, terdapat hal-hal penting yang perlu
diperhatikan dalam melakukan latihan plyometrics, yaitu:
1. Makin cepat
makin jauh otot diregangkan, makin besar energy konsentrik (concentric
force) yang dihasilkan usai peregangan tersebut. Maka hasilnya ialah
gerakan yang lebih kuat (forceful) untuk mengatasi beban, baik beban itu
tubuh kita sendiri maupun beban eksternal.
2. Gerakan
setelah tahap pra-regang harus dilakukan secara eksflosif, serta sesegera dan
semulus mungkin.
3. Kekerapan (rate)
dan tingginya melakukan lompatan lebih penting dari pada jauhnya lompatan.
4. Gerakannya
harus secara maksimal. Kalau tidak, atau dilakukan setengah-setengah saja,
tidak akan ada manfaatnya untuk perkembangan power.
5. Prinsip overload
berlaku pula dalam latihan plyometrics.
6. Intensitas
latihan harus diterapkan untuk menjamin perkembangan power yang semakin
baik.
7. Permukaan (surface)
untuk melompat sebaiknya yang empuk. Tujuannya ialah guna melindungi
anggota-anggota badan bagian bawah dari kemungkinan cedera.
8. Elastisitas
otot-otot penting untuk menghasilkan potensial elastic energy. Karena
itu, latihan kelentukan sendi dan peregangan otot penting pula untuk dilatih
agar otot bisa semakin elastis.
9. Sesuai dengan
sistem energy yang digunakan, tujuan latihan plyometrics bukanlah untuk
melatih kapasitas aerobic. (Harsono, 2001 : 42-43).
Chu (1992) dalam Harsono (2001:43) mengemukakan: Latihan plyometrics adalah
murni latihan anaerobic yang menggunakan sistem energi keratin fosfat. Karena
itu, istirahat antara setiap set (misalnya 5 set x 10 repetisi), jangan terlalu
singkat. Sebab kalau istirahatnya kurang, kualitas gerakan dan daya
eksflosifnya akan berkurang. Dalam penilitian yang akan dilakukan oleh penulis,
bentuk latihan plyometrics yang akan digunakan adalah side hop.
![]() |
Gambar 2.3. Latihan Plyometrics bentuk Side Hop
(Sumber : www.google.co.id)
Pemahaman yang terpenting dari latihan plyometrics
adalah kondisi otot dalam keadaan siap pada setiap bagian otot yang ingin
dilatih dan peningkatan beban harus dilakukan secara bertahap.
6. Dukungan Power
Terhadap Peningkatan Kelincahan
Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk merubah
arah gerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.
Kelincahan merupakan gabungan dari kecepatan, fleksibilitas, kekuatan,
kecepatan reaksi, keseimbangan, dan koordinasi neuromuscular. Kelincahan
merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang pencapaian prestasi
maksimal bagi seorang atlet. Menurut Sajoto (1988:59) : “Komponen
keseimbangan, koordinasi, dan kelincahahan (agility) adalah komponen fisik yang
lebih banyak mendekati cabang-cabang olahraga yang dilakukannya”. Selanjutnya dalam pemberian latihan kelincahan, Harsono
(1988:172) menjelaskan:
Bentuk-bentuk latihan
untuk mengembangkan agilitas tentunya adalah bentuk-bentuk latihan yang
mengharuskan orang untuk bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan
tangkas. Dalam melakukan aktivitas tersebut dia juga tidak boleh kehilangan
keseimbangan dan harus pula sadar akan posisi tubuhnya. Manuver-manuver
demikian sering diperlukan dalam banyak cabang olahraga, terutama dalam cabang
olahraga permainan…
Dalam melatih kelincahan perlu didukung oleh komponen-komponen kondisi
fisik pendukung lainnya guna mendukung tercapainya kelincahan yang baik sesuai
dengan target yang ingin dicapai. Sebagaimana yang dikemukakan Harsono
(1988:175) : ”Agilitas adalah kombinasi dari kecepatan, kekuatan, keceptan
reaksi, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi neuromuscular”. Dengan
demikian jelaslah bahwa dalam melatih kelincahan diperlukan dukungan dari
komponen kondisi fisik pendukung lainnya seperti dukungan dari komponen
kekuatan khususnya power.
Dari
pernyataan di atas, diketahui bahwa terdapat hubungan antar komponen kondisi
fisik. Adapun hubungan masing-masing komponen kondisi fisik di lihat pada
diagram sebagai berikut:

Gambar 2.4 Ilustrasi interdependensi antara komponen-komponen biomotorik
(Sumber:
Bompa:1992)

![]() |
|||
![]() |
|||
Start dan
Finish
![]() |



Gambar 2.5
Latihan
Kombinasi Plyometrics (side
hop) dan Kelincahan (zigzag-run)
Komentar
Posting Komentar